Ayo lawan COVID-19: StayAtHome-Jaga Jarak-Hindari Kerumunan-Pakai Masker-Jaga Kondisi Tubuh
Tampilkan postingan dengan label gereja dan lingkungan hidup. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label gereja dan lingkungan hidup. Tampilkan semua postingan

Kamis, 14 Februari 2013

PEMUDA GEREJA DAN LINGKUNGAN HIDUP



(materi PKPG Pemuda GMIM , Tondano 2012)
Oleh:
Meidy Y. Tinangon, M.Si.
========================
  Introduksi: “menggeser paradigma, merajut aksi”
A
da sebuah kisah tentang Kapal Titanic. Kapal yang besar dan megah di masanya. Kapal yang dianggap paling besar, paling kuat, paling megah, paling hebat ! Tak seorangpun meragukan kemampuan dari kapal tersebut. Tak ada yang berpikiran bahwa kapal yang hebat tersebut suatu saat akan tenggelam. Tak ada yang memusingkan diri dengan hal tersebut.   Dalam perjalanan tersebut, orang – orang sibuk dengan kesenangan bahkan pesta. Namun apa yang terjadi ? Suatu saat kapal mengalami masalah akibat bongkahan es di laut, kapal sudah mulai tenggelam perlahan namun orang masih sibuk dengan urusan kesenangan masing-masing. Hingga akhirnya kapal pun tenggelam dengan korban jiwa yang besar.
Dalam hubungan dengan topik bahasan kita, pandangan orang-orang terhadap kapal Titanic ini sama dengan cara pandang kita terhadap bumi atau lingkungan hidup kita.
Manusia telah sekian lama menganggap bumi ini sedemikian tangguh dengan segala proses alamnya. Kita merasa bumi ini demikian besar dan begitu jauh dari kesan kerapuhan. Kita merasa bumi sangat mampu menampung sejumlah besar manusia dan kita menganggap bumi kita demikian hebatnya, dan karenanya tak akan mungkin “tenggelam” seperti keyakinan para petinggi dan orang-orang pintar dalam kisah kapal Titanic di atas.
Padahal paradigma tersebut merupakan paradigma yang kurang tepat. Bumi kita memang besar dan luas, namun dia punya keterbatasan. Bumi kita punya “limit” yang mampu didukungnya. Limit tersebut kemudian dikenal sebagai batas toleransi dan kemampuan lingkungan mendukung segala perubahan dalam lingkungannya dikenal dengan daya dukung lingkungan (carrying capacity). Melampaui limit tersebut, bumi (lingkungan hidup) kita akan terganggu keseimbangannya (homeostatis).
Karenanya, bumi kita membutuhkan sebuah tindakan pemilharaan.  Namun sebuah tindakan itu membutuhkan perubahan paradigma. Sikap dan tindakan kita terhadap lingkungan hidup akan sangat tergantung pada paradigma yang terbangun dalam pikiran kita. Semoga perubahan paradigma itu akan terwujud atau makin mewujud disini untuk sebuah rajutan aksi penyelamatan bumi... Sebuah peran pelayanan bagi keutuhan ciptaan (integrity of creation).