Ayo lawan COVID-19: StayAtHome-Jaga Jarak-Hindari Kerumunan-Pakai Masker-Jaga Kondisi Tubuh

Jumat, 05 Juni 2020

Sajak-sajak Hari Lingkungan Hidup Sedunia

|| Pic. by. environment-indonesia.com ||

1) Kepada Mata Sang Alam

Duhai dikau sang alam  
Terimakasih untuk mata hatimu yang tulus memberi napas yang kuhela dalam setiap detik penanda hidup
Terimakasih untuk matahari yang setia terangi bumi dengan cahaya sumber energi bagi setiap flora pemilik hijau daun  
Terimakasih untuk mata air yang mengalir dari rimba belantara, terus mengalir elok hingga ke setiap saluran organ tubuh kami
Terimakasih untuk mata  pencaharian yang kami geluti di atas tanah yang subur, tempat tumbuh rerumputan dan pepohonan hijau berhias harmoni warna warni bunga

Duhai dikau sang alam
Maafkan kami yang merusak pandangan mata bugilmu dengan asap polusi, hingga air mata berlinang dari mata indahmu
Maafkan kami yang penjarakan sekumpulan cahaya mataharimu yang harusnya kembali memantul pulang usai misi energi positif 
Maafkan kami yang menyumbat mata air-mu dengan tindak anarkis terhadap setiap pepohonan, para pengawal mata air-mu

Duhai dikau sang alam 
Jangan kiranya kau menjauh dari kami, karena sesalmu atas perilaku sesuka hati yang kami lakonkan di panggung sang alam  
Jangan kiranya kau ragu, lihat mata kami tulus berjanji ingin baharui cara pandang mata kami kepadamu 
Jangan kiranya kau bersedih, kami kan memberi waktu untuk merawatmu dengan mata hati dan mata kepala kami 
Jangan kiranya kau menangis, kami akan mengubah rona sinar matamu kembali cerah sebagaimana layaknya mata sang alam....

(Oleh: Meidy Y. Tinangon. Telah tayang di Kompasiana.com, 5 Juni 2020)

2). Doa Sang Bumi

Tuhan...
Terimakasih kau menciptaku indah mulia diantara deretan planet lainnya
Indah kau cipta diriku dalam harmoni dengan sang mentari, rembulan dan kilau bintang
Indah saat kukandung hijau daun dan rerumputan,
       berpadu bunga warna warni  
       hidup damai bercumbu mesra dengan kawanan satwa
Indah saat ku dengar merdu kicauan aneka burung, pun raungan juga tangisan aneka hewan
Mulia saat kutau aku dihuni homo sapiens cerdas dan bijak mengatur irama seimbang ekosistem

Penciptaku...
Meski usiaku makin menua, aku tak sudi kau kiamatkan
Aku tak rela mereka yang hidup ataupun mati kan ikut hancur bersamaku
Meskipun mereka sering membuat tubuhku sakit dan nafasku sesak oleh polusi entah di darat pun di laut dan udara
Meskipun mereka sering berisik membuat telingaku bising
Meskipun mereka sering tak bijak dan lupa diri bahkan berontak karena ambisi hingga saling bunuh
Meskipun mereka  tak kunjung sadar hanya aku satu-satunya tempat yang kau cipta
untuk mereka menyambung hidup dan takkan mungkin Kau cipta lagi bumi yang lain

Tuhan ...
Ampuni mereka yang menghuniku
Buatlah mereka menjadi sadar bahwa akulah ibu mereka yang merawat mereka
Bahwa akulah satu-satunya yang Kau  ciptakan tuk menjadi rumah mereka
Aku tahu Engkau punya segala kuasa
Buatlah mereka menjadi sadar tiada gunanya untuk serakah
Buatlah mereka menjadi sadar bahwa aku meskipun besar dan kuat gagah
namun aku seperti juga mereka punya batas kemampuan
Mampukan mereka, sedikit saja berbuat untuk harmoni ciptaanMu

Penciptaku ...
Meski aku terkadang gusar dan bahkan marah
tapi aku sungguh masih mencintai mereka...
Kasihani mereka yang Kau ciptakan
Beri mereka waktu untuk sadar dan ubah perilaku
hingga akhirnya mereka mampu memberi cinta pada diriku

sedikit saja.....

(Oleh: Meidy Y. Tinangon. Telah tayang di Kompasiana.com, 23 April 2020)

Jumat, 29 Mei 2020

Berkenalan dengan Lepisma Si Kutu Buku

| Lepsima saccharina | nikonsmallworld.com |
Lepisma saccharina, cantik namanya, tapi dia bukan orang yang diberi label kutu buku karena gemar membaca buku. Lepisma adalah hewan, kutu buku beneran. 
Nama umumnya (common name) adalah silverfish, memiliki tubuh yang meruncing ke belakang seperti ikan (id.wikipedia.org). Nama Indonesianya GegatLepisma saccharina adalah nama ilmiahnya (scientific name) untuk tataran jenis atau spesis, yang biasanya berasal dari bahasa latin atau dilatinkan yang terdiri dari dua suku kata. Kata pertama diawali dengan huruf besar merupakan penunjuk marga, kata kedua diawali dengan huruf kecil merupakan penunjuk jenis.

Nama depannya Lepisma adalah nama genus atau marga, yang berarti dia adalah anggota keluarga Lepismatidae. Oh ya, dalam ilmu tata nama mahluk hidup atau Taksonomi, kita semua punya nama ilmiah yang sama, Homo sapiens.

Lanjut tentang Lepisma, nama jenisnya saccharina menurut Om Wiki (id.wikipedia.org) merujuk pada perilakunya yang mencari asupan karbohidrat dari gula dan amilum.
Maksudnya, makanannya adalah karbohidrat. Mengingat pelajaran di bangku kuliah dulu,  nama lain karbohidrat adalah sakarida. Jadi nama Saccharina diambil dari kata sakarida atau karbohidrat yang merupakan makanannya. Hebatnya, si kutu buku pemakan karbohidrat ini bisa bertahan dalam kondisi lama tanpa karbohidrat. Kompetitif banget!

Sebenarnya habitat aslinya pada tempat-tempat yang lembab dan kaya makanannya seperti karbohidrat, misalnya di tempat yang ada humus atau sampah organik.

Lalu, kenapa sampai si Lepisma betah menghuni buku dan disebut kutu buku?

Elaborasi Definisi Filsafat Lingkungan Hidup

| Ilustrasi || sumber: aminoaps.com | 

Filsafat mencakup berbagai aspek kehidupan dan pengetahuan, termasuk lingkungan hidup. Menurut Keraf (2014) dalam bukunya Filsafat Lingkungan Hidup -- Alam Semesta Sebagai Sebuah Sistem Kehidupan, filosofi atau filsafat lingkungan hidup  merupakan:

  • sebuah pencarian, sebuah pertanyaan terus menerus tentang lingkungan hidup, baik tentang makna dan hakikatnya maupun tentang segala hal yang berkaitan dan menyangkut lingkungan hidup;
  • sebuah kearifan tentang lingkungan hidup, tentang ekosistem secara keseluruhan;
  • pergulatan dalam pencarian akan akar dari krisis dan bencana lingkungan hidup global dan upaya mencari jalan keluar.

Dengan pemahaman di atas, maka kita dapat mengelaborasi arti penting mempelajari atau melakukan aktifitas filosofis lingkungan hidup adalah:

Pertama, memberikan pemahaman tentang makna dan hakikat lingkungan hidup, melalui beragam upaya pencarian dan refleksi pemaknaan tentang lingkungan hidup.

Kedua, membentuk sebuah pola pikir, persepsi dan paradigma atau cara pandang kita terhadap lingkungan. Persepsi yang benar tentang lingkungan hidup akan memberikan dampak kepada aksi nyata kita terhadap lingkungan hidup. Pola pikir akan memengaruhi pola tindak.

Ketiga, menuntun perubahan paradigma berpikir tentang lingkungan hidup dan pola interaksinya, dari paradigma yang tidak pro-lingkungan ke paradigma yang bersahabat dengan lingkungan. Esensi dari adanya keberagaman dalam lingkungan hidup adalah, tak terhindarinya beragam pola interaksi yang harus dipahami. Kegagalan atau sesat pikir tentang pola interaksi akan menyebabkan kesalahan pola tindak manusia sebagai komponen penting dalam interaksi ekosistem lingkungan.

Keempat, menuntun perilaku yang penuh etika atau kearifan tentang lingkungan hidup, juga menuntun pola relasi manusia dengan lingkungan hidup. Etika lingkungan merupakan bagian dari filsafat lingkungan. Perilaku kita terhadap lingkungan berasal dari pencarian makna terus menerus tentang lingkungan dan seluk beluknya.

Kelima, menuntun pendekatan baru terhadap alam dari dominansi dan kontrol atas alam kepada sikap hormat,  kerjasama dan bahkan dialog dengan alam untuk dapat menangkap hakikat, keutuhan (integrity) ciptaan.

Demikian penting arti aktivitas filosofis berupa pencarian makna tentang pola interaksi kita dengan lingkungan secara terus menerus (sustainable) dalam problematika lingkungan hidup yang selalu ada baik dalam skala global maupun lokal.

Teruslah melakukan usaha pemaknaan yang akan menuntun sikap dan perilaku kita menyelamatkan bumi, ibu kita. Semoga catatan singkat ini bermanfaat bagi pemahaman dan tindakan yang pro lingkungan. Salam lestari.
====
note: Konten ini pernah tayang di Kompasiana.com 


Selasa, 26 Mei 2020

Bumi Sunyi di Tengah Pandemi

| ilustrasi "Bumi Sunyi" || sumber: fssd.com | 
Tahun ini, bumi dalam situasi yang memprihatinkan dengan terjadinya pandemi global Corona Viruses Disease - 2019 (Covid-19).  

Sebagai upaya pencegahan transmisi  antar manusia dari varian baru virus Corona tersebut maka strategi Social dan Physical Distancing dengan tagar #StayAtHome atau #DirumahAja menjadi pilihan.

Alhasil, aktivitas di luar rumah dibatasi, pertemuan online/virtual menjadi pilihan menggantikan pertemuan offline. Rumah menjadi ramai, sekeluarga kumpul bersama, tapi di luar rumah, sunyi !  Kantor sunyi, mall sepi, hotel banyak yang menghentikan aktivitasnya. Jalanan pun sunyi.

Pandemi global Covid-19  hadir ketika bumi masih bergumul dengan perubahan iklim (climate change) dan pemanasan global (global warming).

Fenomena yang paling dirasakan dalam konteks perubahan iklim adalah suhu bumi makin panas. Dengan kondisi ini maka tak heran tema peringatan hari bumi bulan April 2020 yang lalu, seperti dirilis earthday.org adalah climate action. Perubahan iklim dianggap masih menjadi tantangan besar planet bumi.

Kamis, 10 November 2016

Globalisasi, Lingkungan Hidup dan Ide "Mapalus Ekologi"

(Sebuah Catatan Singkat) 

Oleh: Meidy Yafeth Tinangon 

Globalisasi adalah proses yang berkelanjutan dan mempercepat yang merestrukturisasi dan meningkatkan hubungan antara ekonomi, institusi, dan masyarakat sipil. Proses yang dinamis dan multidimensional ini mengintegrasikan perdagangan, produksi, dan keuangan serta memperkuat norma-norma global dan kekuatan sosial global. Sebuah konstelasi kekuatan mendorong globalisasi, termasuk teknologi baru dan lebih cepat (seperti komputer) serta peningkatan dominasi kapitalisme dan ideologi Barat. 

Dalam istilah sederhana, hal ini mengarah ke 'dunia sebagai tempat tunggal', di mana perubahan di negeri tertentu yang jauh mempengaruhi orang-orang di seluruh dunia lebih cepat, dan dengan frekuensi dan intensitas yang lebih besar (Scholte 1997, dalam Dauvergne, 2005).

Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk di dalamnya manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan kedidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya (UU No. 23 Tahun 1997 tentang Lingkungan Hidup). Dengan demikian lingkungan hidup tidak hanya terbatas pada persoalan alam atau habitat tempat manusia hidup saja, tetapi juga mencakup manusia dan interaksinya, yang disebut dengan lingkungan sosial.

Minggu, 04 Agustus 2013

Sorga Kehidupan Terkubur di Bawah Lapisan Es

Terkubur 3.700 meter di bawah permukaan es, mungkinkah ada kehidupan ? Yah, Danau Vostok, yang berada ribuan meter di bawah lapisan es, sebelumnya diklaim tak memiliki kehidupan, namun data terbaru seperti diberitakan KOMPAS.com ternyata tak seperti itu. Berikut kutipan berita Sains-Kompas.com.
Danau Vostok (Sains-Kompas.com)

KOMPAS.com — Ada surga kehidupan yang terkubur di bawah lapisan es Antartika. Danau Vostok yang berlokasi di Antartika dan terkubur ribuan meter di bawah lapisan es, berdasarkan riset terbaru, diduga merupakan lingkungan yang kaya dan beragam, bahkan diklaim memiliki ikan.

Beradasarkan analisis bahan genetik, para peneliti menduga adanya lebih dari 3.500 bentuk kehidupan yang berbeda pada danau yang sebelumnya dianggap "tidak ramah" bagi makhluk hidup ini.

Danau Vostok adalah danau sub-glasial terbesar di Bumi yang terkubur di bawah 3.700 meter di bawah lapisan es. Danau ini menempati urutan ketujuh sebagai danau dengan volume terbanyak dan urutan keempat untuk danau terdalam.

Para ilmuwan lama percaya bahwa lingkungan danau yang gelap dengan suhu dingin dan panas (dari ventilasi hidrotermal) serta mendapatkan tekanan dari es glasial yang ada di atasnya tidak memungkinkan adanya bentuk kehidupan.

Namun, analisis potongan es yang diambil dari cekungan utama bagian selatan dan pada ujung barat daya Danau Vostok memberikan bukti baru.

Tim peneliti Bowling Green State University yang dipimpin oleh Yury M Shtarkman dan Zeynep A Kocer berhasil mengumpulkan 3.507 rangkaian RNA dan DNA, fragmen sel dan virus, serta mengidentifikasi jenisnya dari 1.623 rangkaian.

"Kompilasi hasil menunjukkan bahwa organisme hidup dan bereproduksi di Danau Vostok," tulis mereka dalam hasil studi yang diterbitkan dalam jurnal PLoS ONE pada Rabu (3/7/2013).

Dari sejumlah rangkaian yang teridentifikasi, 94 persen di antaranya adalah milik bakteri, sementara sisanya adalah makluk yang memiliki membran inti sel, disebut eukaryota, mencakup jamur, alga, dan lainnya.

Analisis lebih lanjut menunjukkan, rangkaian DNA merupakan milik makhluk hidup dengan habitat beragam, mulai yang hidup di danau, air payau, tanah, dan sedimen laut dalam.

Diuraikan BBC, Senin (8/7/2013), bakteri pemilik rangkaian bahan genetik yang ditemukan bersimbiosis dengan hewan maupun yang merugikan. Bakteri tersebut juga berasosiasi dengan anemon laut, cacing bersegmen, dan lainnya.

Ilmuwan juga menduga adanya bakteri yang hidup di lingkungan panas dekat ventilasi hidrotermal. Ventilasi hidrotermal, bila memang ada, akan menjadi sumber energi bagi makhluk hidup danau lainnya.

Berdasarkan bahan genetik yang ditemukan, Danau Vostok mungkin juga tak cuma memiliki mikroorganisme, tetapi juga organisme kompleks seperti ikan.

"Indikasi tambahan adanya hewan berasal dari adanya beberapa sequence bahan genetik yang merujuk pada bakteri anggota Enterobacteriaceae," jelas para peneliti seperti dikutip CBSNews, Selasa (9/7/2013).

"Ini mencakup sequemce dari spesies E coli, Erwinia, Klebsiella, Salmonella, dan Shigella, yang semuanya ditemukan di sistem pencernaan ikan dan hewan air lainnya," tambah peneliti.

Bila dikonfirmasi kebenarannya dengan penemuan makhluk hidup secara langsung, temuan ini akan memberikan harapan pada adanya makhluk hidup di luar Bumi.

Kondisi seperti Danau Vostok juga terdapat di tempat lain, seperti bulan Jupiter, Europa. Ada lautan di bawah permukaan yang mungkin juga menyimpan kehidupan.

Meski demikian, hasil penelitian ini juga perlu dikritik. Material genetik yang ditemukan bisa jadi merupakan kontaminasi dari masa lalu. (Dyah Arum Narwastu)

Sabtu, 15 Juni 2013

Penggunaan Kantong Plastik capai 500 milyar

http://intisari-online.com/read/bumi-terusik-kantong-plastik-
Bumi Terusik Kantong Plastik Sat, 15 Jun 2013 10:00:00

Intisari-Online.com - Dalam debat “kertas atau plastik?”, plastik menang. Produksinya lebih murah -dan, beberapa pihak bilang, lebih bersih. Tapi merusak lingkungan. Lihat saja sebuah pohon dalam hari yang berangin, kantong plastik melambai-lambai di cabang-cabangnya. Kemudian, kantong plastik berbasis minyak mendegradasi tanah, hampir selamanya.

Untuk mengantisipasi kemungkinan yang lebih buruk, Irlandia telah jauh-jauh hari mengambil langkah progresif. Tahun 2002, pemerintah Irlandia mulai memberlakukan pajak kantong yang mampu mengikis jumlah sampah.

Tahun 2007, San Franncisco mencekal kantong plastik di supermarket dan jaringan toko obat. Kemudian IKEA, jaringan ritel raksasa asal Swedia, melakukannya di AS dan Inggris, tempat mereka menyebar 70 juta kantong plastik per tahun. IKEA memberi tarif 59 persen untuk sebuah kantong yang kuat dan tahan lama.

Inilah beberapa fakta penting tentang penggunaan kantong plastik sebagaimana dicatat National Geographic.

Jumlah perkiraan penggunaan kantong plastik di seluruh dunia: lebih dari 500 miliar. Jumlah kantong plastik yang digunakan di Amerika Serikat tiap tahun: 100 miliar. Persentase kantong plastik yang didaur ulang hanya 1 (satu) persen saja. Lama kantong plastik terurai di dalam tanah mencapai ratusan tahun. Semua kantong yang bisa dipakai ulang merupakan jenis kantong yang paling sedikit mengonsumsi sumber daya setiap kali digunakan.