Ayo lawan COVID-19: StayAtHome-Jaga Jarak-Hindari Kerumunan-Pakai Masker-Jaga Kondisi Tubuh
Tampilkan postingan dengan label MASALAH LINGKUNGAN. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label MASALAH LINGKUNGAN. Tampilkan semua postingan

Jumat, 29 Mei 2020

Elaborasi Definisi Filsafat Lingkungan Hidup

| Ilustrasi || sumber: aminoaps.com | 

Filsafat mencakup berbagai aspek kehidupan dan pengetahuan, termasuk lingkungan hidup. Menurut Keraf (2014) dalam bukunya Filsafat Lingkungan Hidup -- Alam Semesta Sebagai Sebuah Sistem Kehidupan, filosofi atau filsafat lingkungan hidup  merupakan:

  • sebuah pencarian, sebuah pertanyaan terus menerus tentang lingkungan hidup, baik tentang makna dan hakikatnya maupun tentang segala hal yang berkaitan dan menyangkut lingkungan hidup;
  • sebuah kearifan tentang lingkungan hidup, tentang ekosistem secara keseluruhan;
  • pergulatan dalam pencarian akan akar dari krisis dan bencana lingkungan hidup global dan upaya mencari jalan keluar.

Dengan pemahaman di atas, maka kita dapat mengelaborasi arti penting mempelajari atau melakukan aktifitas filosofis lingkungan hidup adalah:

Pertama, memberikan pemahaman tentang makna dan hakikat lingkungan hidup, melalui beragam upaya pencarian dan refleksi pemaknaan tentang lingkungan hidup.

Kedua, membentuk sebuah pola pikir, persepsi dan paradigma atau cara pandang kita terhadap lingkungan. Persepsi yang benar tentang lingkungan hidup akan memberikan dampak kepada aksi nyata kita terhadap lingkungan hidup. Pola pikir akan memengaruhi pola tindak.

Ketiga, menuntun perubahan paradigma berpikir tentang lingkungan hidup dan pola interaksinya, dari paradigma yang tidak pro-lingkungan ke paradigma yang bersahabat dengan lingkungan. Esensi dari adanya keberagaman dalam lingkungan hidup adalah, tak terhindarinya beragam pola interaksi yang harus dipahami. Kegagalan atau sesat pikir tentang pola interaksi akan menyebabkan kesalahan pola tindak manusia sebagai komponen penting dalam interaksi ekosistem lingkungan.

Keempat, menuntun perilaku yang penuh etika atau kearifan tentang lingkungan hidup, juga menuntun pola relasi manusia dengan lingkungan hidup. Etika lingkungan merupakan bagian dari filsafat lingkungan. Perilaku kita terhadap lingkungan berasal dari pencarian makna terus menerus tentang lingkungan dan seluk beluknya.

Kelima, menuntun pendekatan baru terhadap alam dari dominansi dan kontrol atas alam kepada sikap hormat,  kerjasama dan bahkan dialog dengan alam untuk dapat menangkap hakikat, keutuhan (integrity) ciptaan.

Demikian penting arti aktivitas filosofis berupa pencarian makna tentang pola interaksi kita dengan lingkungan secara terus menerus (sustainable) dalam problematika lingkungan hidup yang selalu ada baik dalam skala global maupun lokal.

Teruslah melakukan usaha pemaknaan yang akan menuntun sikap dan perilaku kita menyelamatkan bumi, ibu kita. Semoga catatan singkat ini bermanfaat bagi pemahaman dan tindakan yang pro lingkungan. Salam lestari.
====
note: Konten ini pernah tayang di Kompasiana.com 


Kamis, 10 November 2016

Globalisasi, Lingkungan Hidup dan Ide "Mapalus Ekologi"

(Sebuah Catatan Singkat) 

Oleh: Meidy Yafeth Tinangon 

Globalisasi adalah proses yang berkelanjutan dan mempercepat yang merestrukturisasi dan meningkatkan hubungan antara ekonomi, institusi, dan masyarakat sipil. Proses yang dinamis dan multidimensional ini mengintegrasikan perdagangan, produksi, dan keuangan serta memperkuat norma-norma global dan kekuatan sosial global. Sebuah konstelasi kekuatan mendorong globalisasi, termasuk teknologi baru dan lebih cepat (seperti komputer) serta peningkatan dominasi kapitalisme dan ideologi Barat. 

Dalam istilah sederhana, hal ini mengarah ke 'dunia sebagai tempat tunggal', di mana perubahan di negeri tertentu yang jauh mempengaruhi orang-orang di seluruh dunia lebih cepat, dan dengan frekuensi dan intensitas yang lebih besar (Scholte 1997, dalam Dauvergne, 2005).

Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk di dalamnya manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan kedidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya (UU No. 23 Tahun 1997 tentang Lingkungan Hidup). Dengan demikian lingkungan hidup tidak hanya terbatas pada persoalan alam atau habitat tempat manusia hidup saja, tetapi juga mencakup manusia dan interaksinya, yang disebut dengan lingkungan sosial.

Sabtu, 15 Juni 2013

Penggunaan Kantong Plastik capai 500 milyar

http://intisari-online.com/read/bumi-terusik-kantong-plastik-
Bumi Terusik Kantong Plastik Sat, 15 Jun 2013 10:00:00

Intisari-Online.com - Dalam debat “kertas atau plastik?”, plastik menang. Produksinya lebih murah -dan, beberapa pihak bilang, lebih bersih. Tapi merusak lingkungan. Lihat saja sebuah pohon dalam hari yang berangin, kantong plastik melambai-lambai di cabang-cabangnya. Kemudian, kantong plastik berbasis minyak mendegradasi tanah, hampir selamanya.

Untuk mengantisipasi kemungkinan yang lebih buruk, Irlandia telah jauh-jauh hari mengambil langkah progresif. Tahun 2002, pemerintah Irlandia mulai memberlakukan pajak kantong yang mampu mengikis jumlah sampah.

Tahun 2007, San Franncisco mencekal kantong plastik di supermarket dan jaringan toko obat. Kemudian IKEA, jaringan ritel raksasa asal Swedia, melakukannya di AS dan Inggris, tempat mereka menyebar 70 juta kantong plastik per tahun. IKEA memberi tarif 59 persen untuk sebuah kantong yang kuat dan tahan lama.

Inilah beberapa fakta penting tentang penggunaan kantong plastik sebagaimana dicatat National Geographic.

Jumlah perkiraan penggunaan kantong plastik di seluruh dunia: lebih dari 500 miliar. Jumlah kantong plastik yang digunakan di Amerika Serikat tiap tahun: 100 miliar. Persentase kantong plastik yang didaur ulang hanya 1 (satu) persen saja. Lama kantong plastik terurai di dalam tanah mencapai ratusan tahun. Semua kantong yang bisa dipakai ulang merupakan jenis kantong yang paling sedikit mengonsumsi sumber daya setiap kali digunakan.

Minggu, 17 Februari 2013

Banjir-Longsor dan Hujan Berkat

Sebuah Refleksi Ekoteologis....
 
Hujan mengguyur bumi Nyiur melambai sejak Sabtu (16/2) tiada henti, meski malam telah menyelimuti dusun-dusun kecil. Seperti biasa, orang Manado masih bisa bertutur penuh iman, " ini hujan berkat kwa...". Sebuah ungkapan yang spontan meluncur jika orang Manado yang mayoritas Kristen itu merespon jatuhnya  rintik-rintik air hujan di buminya.

Namun, pagi hari ketika selimut malam terlepas, dan para penganut agama Kristen bersiap-siap ke Gereja, kabar bencana banjir dan longsor mulai tersiar dari BBM ke BBM, dari SMS ke SMS... Hampir di setiap sudut Kota Manado tergenang banjir. Jalur jalan Tomohon-Manado putus karena longsor. Di Kota Tondano, rumah-rumah penduduk di outlet Danau Tondano berikut persawahannya terendam air. Lebih dari itu harta dan nyawa pun melayang akibat banjir dan longsor. Walhasil, ungkapan "hujan berkat" tak lagi meluncur. Walaupun sebenarnya hujan itu tetaplah berkat bagi manusia. Lho???

Yah, hujan adalah peristiwa alami dari siklus air (siklus hidrologi) yang terjadi di alam raya ini. Bayangkan jika bumi tak terbasahi oleh air hujan. Dimana padi di sawah berharap "minum"nya. Bayangkan jika tiada hujan pasti kita berhadapan dengan kekeringan. Jadi, hujan tidak bisa menjadi alamat tuduhan malapetaka ini.

Lalu, jika hujan tak bisa kita "kambing hitamkan"... kepada siapa lagi gugatan ini akan dialamatkan ?

Hujan dan panas adalah dua peristiwa yang silih berganti. Adalah juga dua peristiwa yang proses saling bergantinya kita kehendaki. disuatu saat kita butuh hujan, di saat yang lain kita butuh panas. Ritme alam yang pergantiannya sangat teratur di masa lalu. Namun di zaman ini, ritme dan frekuensi serta volumenya tidak menentu.

Jika diantara keduanya datang berlebih, maka kita kan menikmati masalah. Tapi, bukan hujan atau panas (yang berlebih), yang harus disalahkan. Jikapun datangnya berlebih, itu karena ulah manusia !

Hujan, secara alami ketika jatuh, sejatinya, ditampung oleh daerah-daerah resapan air yang biasanya diperankan oleh hutan-hutan. Kehadiran hutan pun menghambat pengikisan tanah (erosi) dan mencegah berubahnya struktur ikatan tanah yang dapat berakibat longsor.

Jadi, sadarlah kita betapa besar fungsi hutan bagi keseimbangan hidup ekosistem atau sistem alamiah. Hutan sebagaimana juga hujan adalah BERKAT. Namun, hutan kita kini semakin lenyap. Deforestasi terjadi dimana-mana. Hutan alam kini berubah menjadi lahan pertanian, atau ditransfer menjadi hutan beton alias perumahan. Jadinya, daerah tangkapan air (catchman area) menjadi berkurang dan tak mampu lagi menampung air hujan, apalagi dalam jumlah yang besar. Maka terjadilah banjir dan tanah longsor dimana-mana.

Kalau demikian maka,  "hutan berkat" yang harusnya mengatur "hujan berkat" akan menjadi masalah bagi kita, ketika kita tak mampu menjaganya.... dibutuhkan kearifan ekologis.

Lalu, jika sudah begini, apa yang bisa dilakukan ?

Butuh bertahun-tahun untuk melakukan restorasi ekosistem hutan namun itu tetap menjadi pilihan jangka panjang, paling tidak untuk anak cucu kita. Meskipun sebagian dari mereka telah menjadi korban kekinian. Yang paling dekat adalah melakukan tindakan-tindakan antisipatif, jangan-jangan bencana itu datang lagi. Paling tidak meminimalisir segala potensi masalah. Daerah rawan longsor ataupun rawan banjir seperti di daerah pinggiran sungai, yang tidak layak huni dan beresiko harus dideteksi secara utuh. Tentu saja dengan persiapan relokasi pemukiman yang lebih aman. Meskipun sulit dan mahal namun ini adalah salah satu alternatif.

Hari ini kita berduka dan turut merasakan apa yang dialami oleh saudara - saudara kita. Namun kita tentu saja tak ingin ada korban lagi di hari mendatang. Hari ini kita pasti berdoa untuk pemulihan alam, kita pun pasti akan berdiakonia untuk para korban. Tapi kita pun harus melakukan sesuatu agar kita tidak mejadi kambing hitam di waktu yang akan datang.....Karena kita tak bisa "mengkambinghitamkan" hujan yang tetap adalah berkat, apalahi hutan yang juga adalah berkat. Kekuasaan kitalah terhadap alam yang layak dikambinghitamkan, yah dosa kita terhadap lingkungan.... dosa kita yang tak mampu menjaga keseimbangan berkat Tuhan.

Pray for Sulut, Do Something for Sulut.... (Tondano, 17 Februari 2013)