(materi PKPG Pemuda GMIM , Tondano 2012)
Oleh:
Meidy Y. Tinangon, M.Si.
========================
Introduksi:
“menggeser paradigma, merajut aksi”
A
|
da sebuah kisah tentang Kapal Titanic.
Kapal yang besar dan megah di masanya. Kapal yang dianggap paling besar, paling
kuat, paling megah, paling hebat ! Tak seorangpun meragukan kemampuan dari
kapal tersebut. Tak ada yang berpikiran bahwa kapal yang hebat tersebut suatu
saat akan tenggelam. Tak ada yang memusingkan diri dengan hal tersebut. Dalam perjalanan tersebut, orang – orang
sibuk dengan kesenangan bahkan pesta. Namun apa yang terjadi ? Suatu saat kapal
mengalami masalah akibat bongkahan es di laut, kapal sudah mulai tenggelam
perlahan namun orang masih sibuk dengan urusan kesenangan masing-masing. Hingga
akhirnya kapal pun tenggelam dengan korban jiwa yang besar.
Dalam hubungan
dengan topik bahasan kita, pandangan orang-orang terhadap kapal Titanic ini
sama dengan cara pandang kita terhadap bumi atau lingkungan hidup kita.
Manusia telah
sekian lama menganggap bumi ini sedemikian tangguh dengan segala proses
alamnya. Kita merasa bumi ini demikian besar dan begitu jauh dari kesan
kerapuhan. Kita merasa bumi sangat mampu menampung sejumlah besar manusia dan
kita menganggap bumi kita demikian hebatnya, dan karenanya tak akan mungkin
“tenggelam” seperti keyakinan para petinggi dan orang-orang pintar dalam kisah
kapal Titanic di atas.
Padahal paradigma
tersebut merupakan paradigma yang kurang tepat. Bumi kita memang besar dan
luas, namun dia punya keterbatasan. Bumi kita punya “limit” yang mampu
didukungnya. Limit tersebut kemudian dikenal sebagai batas toleransi dan kemampuan lingkungan mendukung segala perubahan
dalam lingkungannya dikenal dengan daya
dukung lingkungan (carrying capacity). Melampaui limit tersebut, bumi (lingkungan
hidup) kita akan terganggu keseimbangannya (homeostatis).
Karenanya, bumi
kita membutuhkan sebuah tindakan pemilharaan.
Namun sebuah tindakan itu membutuhkan perubahan paradigma. Sikap dan
tindakan kita terhadap lingkungan hidup akan sangat tergantung pada paradigma
yang terbangun dalam pikiran kita. Semoga perubahan paradigma itu akan terwujud
atau makin mewujud disini untuk sebuah rajutan aksi penyelamatan bumi... Sebuah
peran pelayanan bagi keutuhan ciptaan (integrity
of creation).
Seperti
Apa Kondisi Kekinian Lingkungan Kita ?
Kesadaran akan ancaman terhadap
Lingkungan Hidup kita dewasa telah semakin berkembang. Lingkungan hidup menjadi
salah satu isu yang mendapat perhatian luas. Hal ini seiring dengan semakin
meningkatnya daftar masalah lingkungan dalam skala global maupun lokal.
Secara global masalah lingkungan
hidup yang mendapat perhatian serius saat ini adalah pemanasan global dan
perubahan iklim (global warming and
climate change). Pemanasan global terjadi karena terperangkapnya gelombang
panas yang dipantulkan kembali bumi di atmosfer oleh gas rumah kaca (GRK). Peristiwa ini kemudian dikenal dengan istilah
Efek Rumah Kaca (Green House Effect).
Posisi Indonesia dalam pengelolaan
Lingkungan hidup secara global, cukup memprihatinkan. Indonesia menduduki peringkat ke 4 (empat) dari 10
negara paling buruk dampak lingkungan, menurut indeks dampak lingkungan
absolut – yang mengukur total degradasi lingkungan di Indonesia dibandingkan
skala global. Peringkat ini masih lebih baik dibandingkan 3 (tiga) negara
dengan dampak lingkungan terburuk yaitu Brasil, Amerika Serikat dan China.
Tetapi, sebanding dengan indeks kinerja lingkungan hidup
Indonesia oleh EPI (Environment
Performance Index), yang berada di peringkat 134 dari 163 negara di dunia. Posisi keempat dalam pemeringkatan ini, karena
Indonesia dinilai mengalami kerusakan lingkungan cukup berarti, yang
ditunjukkannya: sebagai negara ke-2 (kedua) terbesar dalam hal kehilangan
hutan alam, ke-3 (ketiga) terbesar untuk penghasil emisi CO2, peringkat
ke-6 (keenam) masing-masing untuk perburuan laut dan penggunaan pupuk serta
peringkat ke-7 (ketujuh) untuk polusi air.
Data di atas adalah hasil suatu kajian “Evaluating the Relative
Environmental Impact of Countries” , dengan
menggunakan 7 (tujuh) indikator degradasi lingkungan, yaitu kehilangan hutan alam; konversi habitat;
perburuan laut; penggunaan pupuk; polusi air; emisi karbon dan ancaman terhadap
satwa liar. Pemeringkatan ini dilakukan oleh tim kerja-sama antara the
National University of Singapore, Adelaide University dan Princeton University
dan diterbitkan di jurnal PLoS ONE. Dari 228 negara, telah dipilih dan dinilai
171 negara dengan hasil peringkat “10
besar” dampak lingkungan absolut terburuk adalah: Brasil; Amerika Serikat; Cina; Indonesia; Jepang; Meksiko; India;
Rusia; Australia; dan Peru.
Dengan hasil ini, menjadi gambaran
betapa lingkungan hidup masih menjadi problema besar bagi Indonesia. Jika kita
tarik dalam konteks lokal, maka kita pasti akan menemui problema-problema
lingkungan di sekitar kita, sebut saja: masalah dampak pertambangan,
eutrofikasi danau Tondano, penebangan hutan dan over exploitasi lainnya, pengelolaan sampah, pencemaran sungai dan
lain sebagainya.
Dari masalah-masalah lingkungan
hidup tersebut, gereja harus turut ambil bagian dalam upaya penanggulangan
maupun pencegahan masalah lingkungan hidup. Termasuk dalam komunitas gereja
adalah Pemuda GMIM. Sejauh mana Pemuda GMIM tampil dalam usaha-usaha
pelestarian lingkungan hidup ? Bagaimana format peran dalam bentuk aksi
pelayanan di bidang Lingkungan Hidup ?
Peran
Pemuda Gereja: Mengapa ?
Tema bahasan kita saat ini adalah
“Peran pemuda dalam pelestarian lingkungan hidup”. Secara khusus yang
dimaksudkan “pemuda” yang dimaksud adalah pemuda gereja, lebih khusus pemuda
GMIM. Mengapa Pemuda GMIM juga harus turut ambil bagian dalam usaha-usaha
pelestarian lingkungan hidup ?
Penulis coba memberikan dua
jawaban terhadap pertanyaan ini. Pertama,
karena Pemuda GMIM adalah “gereja”, dan sebagai gereja maka melekat dalam diri
maupun institusi Pemuda GMIM tugas dan panggilan gereja yaitu: bersekutu, bersaksi dan melayani. Tri
tugas panggilan gereja ini bukanlah dipahami secara sempit dan mengesampingkan
sikap peduli lingkungan (environmental
care). Dengan demikian aktivitas persekutuan, kesaksian dan pelayanan
Pemuda GMIM sudah seharusnyalah memberi tempat bagi perhatian terhadap
lingkungan secara lebih serius.
Kedua,
keikutsertaan
Pemuda GMIM sangat dituntut, karena Pemuda GMIM punya “5P” (potensi, pemandu, power,
posisi dan peran) yang sangat strategis untuk eksistensi gereja ke depan
yaitu eksistensi gereja dalam persekutuan dengan lingkungan hidup. Potensi, karena Pemuda GMIM dengan
ribuan anggota jelas merupakan potensi kuantitas yang besar. Belum lagi jika
kita melihat demikian besar karunia penguasaan IPTEK dan talenta yang dimiliki oleh
Pemuda GMIM dan alumni Pemuda GMIM. Potensi, juga karena seperti pemuda pada
umumnya, Pemuda GMIM adalah sumber daya manusia yang produktif. Lebih dari itu sebagai pemuda Kristen, Pemuda
GMIM memiliki Pemandu yaitu Firman
Tuhan. Potensi dan Pemandu tersebut menjadi kekuatan (power) dari Pemuda GMIM,
yang mana karena power tersebut maka
Pemuda GMIM memiliki posisi sangat
diperhitungkan sehingga dapat disebut memegang bukan hanya “posisi tawar” (bergaining position), tetapi “posisi penentu” atau “posisi kunci” dan dengan demikian perannya dalam segala bidang termasuk dalam bidang lingkungan hidup
sangat diharapkan - tetapi juga tidak diharapkan (?).
Menggagas
Strategi Pelayanan di Bidang Lingkungan Hidup
Peran strategis Pemuda GMIM dalam
pelayanan di bidang lingkungan hidup, tentu saja perlu dikonseptualisasi dengan
baik agar supaya peran penting ini tidak hanya “show time” semata, insidentil,
tanpa arah, tanpa format yang jelas. Posisi penentu yang dimiliki harus
dibarengi dengan kerangka kerja strategis dan taktis yang sistematis, mengingat
kerumitan pergumulan di bidang lingkungan bahkan juga bentuk-bentuk perusakan
lingkungan seringkali “dibungkus” dengan “service”
yang menggiurkan dan dioprasikan dengan kerangka kerja yang sistematis.
Dalam konteks ini maka strategi
pelayanan bidang lingkungan paling tidak mampu memetakan terlebih dahulu
permasalahan di medan layanan yaitu ekosistem. Konsep ekosistem include didalamnya adalah gereja dan
pemerintah bahkan pihak pemegang kapital
(modal) atau sering dikenal dengan istilah manis “investor”.
Untuk membantu, penulis mencoba
mengklasifikasi permasalahan lingkungan sebagai berikut:
a.
Klasifikasi
berdasarkan habitat fisik
-
Masalah
pada ekosistem perairan (aquatic
ecosystem) à
pencemaran laut,
eutrofikasi danau dll
-
Masalah
pada ekosistem daratan (terresterial
ecosystem)
-
Masalah
udara
b.
Klasifikasi
berdasarkan “eko-administrasi
pemerintahan”
-
Masalah
lingkungan perkotaan
-
Masalah
lingkungan pedesaan
c.
Klasifikasi
berdasarkan sumber masalah
-
Alam
-
Kesadaran
/ perilaku masyarakat
-
Investasi
/ industri
-
Kebijakan
dan regulasi lingkungan hidup
d.
Klasifikasi
berdasarkan level struktur
-
Masalah
oleh masyarakat
-
Masalah
oleh pemerintah
Langkah
Praktis Mengorganisir Gerakan / Peran Pelestarian Lingkungan Pemuda GMIM
Berikut
ini ditawarkan langkah praktis menggagas dan mengorganisir usaha pelestarian
lingkungan hidup (format alternatif
ibadah tindak lanjut ekologis).
1.
Pendalaman
Alkitabiah
2.
Identifikasi
masalah
Bisa menggunakan klasifikasi di
atas. Masalah bisa berbeda sesuai dengan kondisi jemaat dan ruang lingkup kerja
atau sasaran program
3.
Analisis
masalah (dan analisis organisatoris)
Masalah bisa dianalisis dengan
format “pohon masalah” yang menganalisis dari “buah” = fenomena, dampak hingga
“akar” =penyebab masalah
Analisis
organisasi untuk mengidentifikasi posisi organisasi dan tantangan – peluang
eksternal
4.
Menetapkan
sasaran / tujuan (yang terukur)
5.
Menetapkan
strategi (metode mencapai sasaran sesuai dengan analisis masalah dan analisis
organisasi)
6.
Merencanakan
langkah taktis (rencana aksi termasuk pendelegasian / pengorganisasian team work)
7.
Follow
up (pelaksanaan) dan pemantauan
8.
Evaluasi
9.
Re-planning
dan sustainability (keberlanjutan)
Beberapa Tawaran Pilihan Bentuk Aksi
Tujuan
|
Bentuk
aksi
|
Kajian
|
Seminar, lokakarya, FGD
|
Penyadaran
|
Kampanye,
sosialisasi
|
Aksi
Langsung
|
Penanaman
pohon, pusat daur ulang
|
Mempengaruhi
kebijakan
|
Lobby,
aksi massa, pubic opinion
|
Pemanfaatan
berkelanjutan
|
Pendampingan
kelompok pertanian dll
|
Akhirnya,
mulailah dengan langkah kecil tapi mampu dilaksanakan daripada angan-angan
besar yang tak mampu digenggam.
semoga
bermanfaat...
Biodata:
N a m a : Meidy Y. Tinangon, MSi
Pekerjaan : Dosen pada Jurusan Biologi (minat
Biologi Lingkungan); Farmasi dan Statistika Fakultas MIPA UKI Tomohon
Alamat : Kelurahan Kiniar – Tondano
Pengalaman Organisasi:
Ketua
Senat Mahasiswa Perguruan Tinggi (SMPT) UKIT (1998-1999)
Ketua
BPC GMKI Tomohon (1999-2001)
Korwil
Wil X (Sulut) Pengurus Pusat GMKI (2004-2006)
Sekretaris
DPD KNPI Minahasa (2003-2006)
Ketua
Gerakan Minahasa Muda (GMM) (2008-sekarang)
Pengalaman pekerjaan:
Sekretaris
Redaksi Majalah Info Sains FMIPA UKIT (2002-2002)
Sekretaris
Lembaga Riset dan Pengembangan Sains FMIPA UKIT(2002-2005)
Pembantu
Dekan Bid. Kemahasiswaan FMIPA UKIT (2004-2008; 2008-sekarang)
Anggota
KPU Minahasa (2007-sekarang)
Pemred
Majalah Budaya “Waleta Minahasa” (2010-sekarang)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar